BADAKPOS.COM, MAKASSAR Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, mengambil langkah tegas setelah viralnya video seorang sopir ambulans yang membuat konten lelucon saat mengantar jenazah bersama seorang pasien dengan gangguan jiwa (ODGJ). Sopir yang diketahui bernama Etong tersebut kini telah masuk dalam daftar hitam (blacklist) dan tidak akan diizinkan lagi untuk memberikan layanan pengantaran jenazah dari RSKD Dadi.

“Saya sudah sampaikan kepada pihak vendor agar nama sopir ini di-blacklist. Dia tidak boleh lagi membawa jenazah dari tempat kami,” tegas Plt. Kepala Bidang Humas RSKD Dadi, Abdul Malik, kepada wartawan pada Jumat (13/6/2025).

Malik menyatakan bahwa RSKD Dadi tidak akan memberikan toleransi apa pun dan menolak untuk kembali menggunakan jasa sopir tersebut. Terkait pekerjaannya di rumah sakit lain, ia menyebut hal itu di luar tanggung jawab mereka. Pihak rumah sakit juga berencana mengevaluasi perjanjian kerja sama dengan vendor ambulans dan akan menambahkan klausul spesifik yang melarang pembuatan konten selama proses pengangkutan jenazah.

advertisement

Mengenai kemungkinan menempuh jalur hukum atas dugaan pencemaran nama baik, Malik mengatakan bahwa pihaknya masih akan berkoordinasi dengan pimpinan. Sementara itu, saat ditanya mengenai kondisi kejiwaan sopir, ia menolak memberikan justifikasi medis namun mengisyaratkan adanya kejanggalan. “Kalau dilihat kondisinya, ya, ada kelainan. Kenapa mesti mayat ini diviralkan? Itu, kan, sebenarnya tidak boleh,” ujarnya.

Klarifikasi Keterlibatan Pasien ODGJ

Di sisi lain, RSKD Dadi memberikan penjelasan rinci mengenai kehadiran pasien ODGJ dalam proses pengantaran hingga pemakaman jenazah. Abdul Malik meluruskan bahwa pasien tersebut ikut serta secara sukarela atas dasar empati terhadap temannya yang meninggal dan telah dirawat bersama selama puluhan tahun.

“Dia mau ikut membagi duka. Sebenarnya banyak yang mau ikut, tapi kami batasi. Dia mau membantu dan melihat di mana temannya dikubur,” jelas Malik.

Ia memastikan bahwa pasien yang ikut mengantar jenazah sudah dalam kondisi pulih, stabil, dan berada di bawah pengawasan penuh seorang perawat. Menurutnya, tindakan pasien tersebut murni lahir dari rasa kemanusiaan dan menjadi momen pembelajaran, bukan bentuk eksploitasi oleh pihak rumah sakit.

“Kalau kita lihat, ODGJ itu terkadang lebih berempati pada temannya. Jadi, jangan dilihat bahwa dia mengalami sakit. Ini sudah pulih dan bagus. Kejadian ini sangat jarang terjadi dan tidak bisa digeneralisasi,” tutupnya, seraya meminta publik untuk tidak langsung memberikan stigma negatif. ***

advertisement